Feature – Saat ibu membacakan cerita, jalinan hati terajut, dan buku menjadi sahabat selamanya.
Kalimat di atas menjadi pesan yang ingin disampaikan PKBM Mainawa Kreativa dalam filmnya yang berjudul: Ceritain Yuk! Sebuah short movie yang berhasil menyabet juara 1 dalam lomba video konten literasi yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Baubau yang telah diumumkan pada tanggal 22 Oktober 2025.
Rismayani, selaku penulis dan produser film pendek “Ceritain Yuk” mengungkapkan, film ini menyorot kegelisahan ibu-ibu yang frustasi terhadap anaknya karena kecanduan gawai.
“Ceritain Yuk merupakan film fiksi yang terinspirasi dengan kisah nyata. Lahir dari keluhan orang tua tentang anak yang aktivitasnya hanya main game online dan nonton youtube. Nah, dari situ kami adaptasi menjadi script film yang di dalamnya juga terdapat solusi,” papar Rismayani usai nonton bareng peserta didik di studio mini Mainawa Kreativa.
Pembuatan film ini juga menjadi sarana pembelajaran bagi peserta didik di Mainawa Kreativa. Diinisiasi oleh tim Desain Komunikasi Visual, film ini melibatkan kelas tinggi, kelas 4 dan kelas 1. Salah satunya Yugana Rahima (6 tahun) yang memerankan Yura, film pendek ini menjadi debut pertamanya.
“Tadinya to sa (saya) takut, tapi setelah akting, ternyata seru e,” kisah anak kelas 1 itu.
Ide kegiatan Ceritain Yuk berawal dari gagasan Ammar Syaikhan (12 tahun) di mata pelajaran Change Maker Mainawa Kreativa. Dari celetukan ide, berubah menjadi gerakan sosial (literasi anak) yang didukung oleh teman-teman dan adik-adik kelasnya. Saat ini Ceritain Yuk berubah bentuk lagi menjadi film pendek yang bisa menginspirasi banyak orang.
“Awalnya Ceritain Yuk kami lakukan dalam bentuk roadshow ke TK-TK di Kota Baubau. Alhamdulillah kami bisa berjumpa ratusan anak untuk diajak membacakan nyaring, bermain bersama buku serta bercerita,” terang Ammar.
Selain peserta didik, film pendek tersebut juga melibatkan guru untuk menjadi talent. Nurul Fatiyah, sebagai pemeran utama dalam film mengatakan, “Sebelumnya saya ragu dan tidak percaya diri, saya kan tidak pernah ekting. Tapi setelah lihat timnya anak-anak sekolah semua, jadinya saya juga semangat.”
Usai film pendek tersebut dipublikasikan di youtube Mainawa Kreativa, banyak komentar yang memberikan apresiasi positif serta pengakuan dari beberapa orang tua akan ide cerita. Seperti akun @RinaAsriatiiz dan @Pettinruni yang memberikan komentar: “Filmnya keren, serasa kehidupan sehari-hari anak-anak sekarang.”
Bukan hanya masalah yang ditampilkan dalam film pendek Ceritain Yuk, tapi juga sebuah gerakan nyata yang menjadi inti dan solusi dalam film.
Di pertengahan film, terlihat empat anak sedang melakukan proses Read Aloud atau Membaca Nyaring yang diikuti puluhan anak lainnya. Kegiatan tersebut bernama Ceritain Yuk! yang menghadirkan tiga konsep yaitu Read Aloud, Bookish Play, dan Think Aloud. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak tidak hanya membaca, tapi juga melakukan proses think aloud dengan cara saling melempar pertanyaan terkait buku yang dibaca. Tujuannya adalah memancing anak lainnya mengeluarkan pendapat atau menceritakan ulang cerita melalui bahasanya sendiri.
Di akhir film, penonton disuguhi adegan yang begitu menyentuh. Tokoh Yura, yang sebelumnya dikenal sebagai anak yang selalu merengek meminta ponsel dan begadang setiap malam untuk bermain game online, kini perlahan berubah.
Malam itu, Yura tidak lagi sibuk dengan gawainya, melainkan meminta sang ibu untuk membacakan sebuah buku sebelum tidur. Momen sederhana ini justru meletik pesan penutup yang penting. Bahwa solusi untuk menghadapi anak yang candu gawai, tidak cukup dengan memberi aturan yang tegas, tapi juga perlu dilambari dengan kehadiran orang tua dalam membersamai anak lewat perantara cerita. Membacakan nyaring.
Melalui membacakan nyaring, akan terbangun komunikasi yang hangat antara orang tua dan anak. Menurut Ibu Roosie Setiawan, Founder dari Read Aloud Indonesia, kegiatan Read Aloud memiliki banyak manfaat. Di antaranya membangun kedekatan atau bonding dengan anak, memicu kreativitas dan mengambangkan imajinasi anak. Selain itu, kegiatan sederhana ini juga menanamkan kecintaan seumur hidup dalam membaca.
Dari film pendek “Ceritain Yuk”, menyiratkan satu renungan penting bahwa ada sesuatu yang tak tergantikan ketika seorang anak mendengar suara lembut orang tuanya bercerita, menatap mata yang penuh perhatian, dan merasakan kehangatan yang tumbuh di antara percakapan sederhana. Karena sejatinya, kisah paling berharga bagi seorang anak bukanlah dongeng tentang pahlawan di negeri nan jauh, melainkan cerita yang lahir dari kehadiran orang tua yang benar-benar ada.
Penyusun: Media Mainawa Kreativa



