BUTON, FAKTASULTRA.ID – Pelantikan PARABELA OGENA yang dilakukan oleh Lembaga yg mengatasnamakan Kesultanan Buton pada tgl 30 Oktober 2024 yang lalu , menui Protes Dari berbagai Kalangan masarakat Adat yang Ada di Buton.
Hal ini diungkapkan oleh Yarona Parabela Kadie Wasaga Kabupaten Buton La Sihadi didampingi oleh beberapa perangkat Adat SARA Kadie Wasaga.
Menurut dia apa yang dilakukan dengan melantik Parabela Ogena yang tugasnya adalah sebagai perangkat penghubung pihak Lembaga Kesultanan dengan SARA kadie Kadie yang Ada di wilayah Kabupaten Buton adalah bentuk pengacauan Adat yang tidak Berbasis Sejarah Adat dan tradisi.
“Sepanjang sejarah Adat SARA sejak pemerintahan kesultanan Buton masih eksis tidak pernah ada yang namanya PARABELA OGENA,”tegasnya.
Lembaga kesultanan yang ada hari ini perlu dipertanyakan keberadaannya, perannya sebagai Lembaga Pelestari atau Sebagai perusak tatanan Budaya ?
Menurut La Sihadi, Tatanan Tradisi Sudah menyiapkan ruang tentang perangkat adat yang berperan sebagai Komuniktor antara SARA OGENA dgn SARA KADIE di masa lalu , yakni Perangkat Adat yg disebut Lakina atau Bonto ya.g menjadi pemangku pembina , atau dalam bahasa adatnya disebut TUNGU TUNGGU .
“Tidak perlu mengadakan sesuatu yang,tidak Ada dalam tradisi kita, ini bentuk pengrusakan tradisi SARA Khusuanya yang Ada di Kadie Kadie wilayah eks Kesultanan Buton,”beber dia lagi.
Lebih lanjut La Sihadi mengatakan bahwa kami Sangat menyayangkan buat bapak Alimani S. sos MSi, sebagai seorang tokoh birokrat kabupaten Buton turut terpengaruh dengan kegiatan yang tidak jelas seperti ini.Apa lagi lembaga Kesultanan hari ini terjadi dualisme kelembagaan.