BUTON, FAKTASULTRA.ID – Pengangkatan Parabela Ogena yang dilakukan mengatas namakan Lembaga Kesultanan Buton versi Baadia baru baru ini kembali menjadi sorotan dan menuai kritikan dari Lembaga Adat Kadie yang berada di wilayah kab Buton.
Kali ini disampaikam oleh Parabela Kadie Lapodi Jarudin.”Kami juga sudah mendengar dan membaca berita dan mendukung serta membenarkan protes dan kecaman dari mantan Parabela Wasaga terkait pelantikan Parabela Ogena yang dianggapnya sangat mengada ada dan dapat meresahkan SARA Kadie Kadie khususnya yang ada di wilayah Kabupaten Buton,”ujarnya.
Kata dia selama ini memang tidak pernah ada dalam tatanan Adat Sara, baik iti yang ada di Kadie – Kadie maupun di Sara Kesultanan yang disebut Parabela Ogena, “Ini sama halnya kita membuat sesuatu yang tidak pernah ada dalam adat kita.
Tugas dan fungsinya pun tidak jelas , mau urus apa parabela ogena di Wilayah kadie Kadie, ?”tanyanya.
Jadi kata dia lagi, kegiatan yang baru baru ini dilakukan sebagaimana pemberitaan yang lalu, sama saja sudah merusak tatanan adat yang sudah ada, padahal tujuan Keberadaan Lembaga Adat ini seharusnya salah satu tugas dan tanggungjawab adalah menjaga pelestarian adat dan tradisi yang telah diwariskan, bukan malah membuat sesuatu yg tidak pernah ada dalam Adat.
“Ini kan sama dengan sesuatu yg meng ada ada namanya. selain itu, yang menjadi pertanyaan yang perlu dijawab , Apa dasar Hukumnya sehingga pihak yang mengatas namakan kesultanan mau melantik Parabela ogena di wilayah kabupaten Buton ini ?,”lanjut dia.
Secara hirarki organisasi Sara kadie kadie yang ada di wilayah Kabupaten Buton ini tidak punya kaitan dengan LAKB yang boleh dikatakan baru dibentuk beberapa tahun lalu, Apa lagi LAKB yang ada hari ini ada dua versi yaitu satu versi yang tidak mendukung ISLAH dan satunya lagi adalah LAKB Versi islah yang direstui oleh Pemerintah .
Kalo ini sesuatu pilihan dia berujar, Sara kadie ini lebih memilih dan memberikan dukungan pada lembaga yang didukung dan direstui oleh pemerintah khususnya oleh pemerintah kota Baubau , karna pusat kesultanan Buton itu ada di wilayah kota Baubau sekarang.
Oleh karena nya. menyangkut masalah ini, dia menyarankan sebaiknya pihak yang mengatasnamakan Lembaga Kesultanan Buton agar sebaiknya membenahi keberadaannya saja dan lebih fokus di masalah pelestarian nilai nilai adat , jangan justru membuat sesustu yang tidak ada dalam adat dan tradisi dan pada akhirnya berimbas pada keresahan dan kekacauan di masarakat adat , khususnya yang ada di wilayah kabupaten Buton ini .
“Sepengetahuan kami di masa kesultanan dulu yang menjadi penghubung antara Sara kadie dengan pihak Kesultanan adalah Bonto atau Kolaki, tidak ada itu dalam perangkat Kesultanan yang disebut Parabela Ogena,”tandasnya.
Contohnya Seperti kami di Kadie Lapodi ini , di masa kesultanan dulu , yang menjadi penghubung atau menjadi orang tua adat itu adalah Bontona Dete. “Ini adalah ceritera yang kami tau dari orngg tua tua kami dari zaman dulu,”tutupnya.