BAUBAU, FAKTASULTTA.ID – Pembangunan revitalisasi Keraton Buton menuai protes dari berbagai elemen masyarakat.
Warga mendesak pemerintah kota Baubau agar menghentikan aktivitas revitalisasi pembangunan benteng keraton apabila tidak mengikuti kesepakatan yang telah direncanakan.
Menurut mereka, revitalisasi benteng keraton Buton saat ini justru merusak situs Benteng yang merupakan benteng sejarah peninggalan Kerajaan Buton.
“Kami tidak melarang revitalisasi yang penting di bangun sesuai aslinya bukan di rubah, benteng keraton itu sakral peninggalan sejarah Kesultanan Buton,” kata Lembaga Adat Kesultanan Buton Abdul Wahid Ketika dihubungi.
Kata dia baruga yang akan dibangun sesuai kesepakatan saat rapat di zenith pada bulan Mei lalu menggunakan kayu jati/wola begitu juga tukanggnya harus dari Wolio.
Selain itu lanjut dia batu popaua yang merupakan tempat pelantikan sultan saat ini dibangunkan beton sehingga masyarakat tidak bisa melihatnya padahal sesungguhkan selama ini tidak ditutupi agar warga bisa melihat Sultan yang dilantik.
“Jika ditutup warga tidak bisa melihat proses pelantikan sultan, dan saat rapat tidak ada yang namanya pemugaran di sekitar batu popaua,”ujarnya.
Hal Senada juga disampaikan Mursal Zubair menurut dia pembangunan baruga benteng keraton tidak dilarang namun disesuaikan dengan bentuk aslinya bukan merubah.
“Makanya kami harap pembangunannya menggunakan pande/tukang Wolio bukan dari luar, mengapa? Karena pande wolio lebih paham cara pembangunan. Mereka tidak menggunakan paku tapi pasak, saat dibangun di bacakan doa. Kesakralan benteng itu tetap terjaga dan terpelihara,”tegasnya.
Namun lanjut dia jika menggunakan tukang dari luar maka pembangunannya menggunakan paku tidak ada ritual adat saat akan dibangun. Hal ini sangat melenceng dari kesepakatan yang pernah dibangun.
Untuk itu lanjut dia pihaknya meminta agar pembangunan benteng di hentikan jika tidak mengikuti kesepakatan.
Tokoh pemuda Liamin juga menyayangkan revitalisai benteng keraton saat ini tidak mengikuti hasil kesepakatan yang telah disepakati.
“Sejak awal kita inginkan agar dibangun menggunakan kayu jati/wola, menggunakan pande/tukang Wolio, tidak pembahasan soal batu popaua. Namun sekarang saat pembangunan berbeda,”katanya.
Ia mengatakan mendukung adanya revitalisais namun bukan merubah pembangunannya tapi dibangun sesuai aslinya.
Kata dia lagi selama ini masyarakat sangat mensakralkan benteng keraton Buton namun jika dirubah peninggalan sejarah kesultanan Buton tidak akan dilihat lagi.
Jika pembangunannya menggunakan pande wolio tentu hal ini tidak akan terjadi pasalnya mereka paham betul bagaimana membangun benteng dengan menggunakan pasak kayu bukan paku.
“Kalau pande wolio tentu mereka lebih paham, ada doa yang akan dibacakan sebelum dibangun, tidak asal dibangun saja,”ujarnya.
Untuk itu dia berharap agar pemerintah kota Baubau menghentikan pembangunan baruga jika tidak mengikuti kesepakatan awal.