BAUBAU, FAKTASULTRA.ID – Sejumlah elemen masyarakat menyuarakan penolakan terhadap revitalisasi benteng Keraton, salah satunya datang dari Yayasan Kalalite, Senin 28 Agustus 2023.
Ketua Yayasan Kalalite Ade Muftim menuturkan alasan penolakan revitalisasi benteng keraton sangat jelas yakni pemugarannya dinilai akan menghilangkan ciri khas keaslian budaya Kebutonan.
“Kami menolak keras jika revitalisasi benteng, apalagi kayu yang akan digunakan bukan jati atau kelas satu, selain itu pemugaran batu pepouwa akan merusak keaslian budaya Buton, Seharusnya baruga adat keraton wolio ini didesain dan dibuat sesuai dengan aslinya sehingga nilai budaya buton tidak hilang,” ucapnya ketika dihubungi.
Dia sangat mengapresiasi inisiatif pemerintah pusat atas rencana merevitalisasi benteng keraton buton yang merupakan benda peninggalan leluhur masyarakat Buton namun pihaknya sangat menyayangkan jika baruga yang akan dibangun berbahan beton bahkan bahan dasar bukan kayu jati juga tidak menggunakan pande/tukang Wolio.
“Seharusnya revitalisasi ini harus mempertimbangkan bentuk keaslian, dan nilai-nilai filosofis kebudayaannya,”ujarnya lagi.
Lanjutnya peninggalan sejarah jika di pugar tidak sama dengan aslinya maka sejarah keraton Buton akan hilang, anak cucu kedepannya tidak akan mengenal budayanya lagi.
Untuk itu, kumpulan masyarakat Buton yang berada di Jakarta menolak jika keraton dipugar tidak sesuai dengan aslinya karena kami sangat memperdulikan keraton Buton, dan diharapkan agar bantuan Pemerintah Pusat yang memberikan anggaran untuk revitalisasi jangan merusak peninggalan sejarah .
“Bangunan itu rangkaian sejarah kita. ada filosofi didadalamnya, batu popauwa mau dibangun dari beton padahal itu tempat pelantikan Sultan kalau dibeton orang yang ingin melihat pelantikan sudah tidak bisa lagi, “tambahnya.
Revitalisasi dinilainya akan mengurangi nilai yang ada di dalam benteng, kalaupun akan merevitalisasi jangan merusak nilai-nilai sejarah.
Dia menyarankan agar segera berembuk dengan ketua adat, tokoh masyarakat agar mengakomodir apa yang disampaikan sehingga jika dirubah dan direvitalisasi tetap sesuai lagi dengan Keasliannya.
“Benteng itu punya nasari sejarah agar pelestarian agar generasi muda buton kedepannya mereka punya rasa kepedulian terhadap peninggalan lelulur karena itu jati diri ornag buton,”pungkasnya.
Sementara itu tim percepatan pembangunan benteng keraton Imbran menuturkan sebelum pembangunan benteng dibuat sudah dinilai balai pelestarian cagar budaya wilayah IX dari Makassar.
“Sebelum dibangun itu sudah ada kesepakatan juga dari tokoh adat, tokoh masyarakat, bahkan dari balai pelestarian cagar budaya,”ujarnya.
Namun lanjut dia yang diributkan saat ini soal bahan kayunya yang menggunakan kayu kelas dua padahal hingga saat ini kayu yang akan digunakan belum tiba.
“Soal batu popauwa sebenarnya di era dulu hanya pagar kayu dan atap sekarang ada penambahan tinggi, inilah yang menuai kontraversi, sebaiknya memang disesuaikan dengan bentuk saat ini sehingga diharapkan pemkot dapat menyurati ppk pekaksana dan perencana untuk mengklarifikasi itu, semua itu ada solusinya,”ujarnya.