BUTON, FAKTASULTRA.ID – 40 peserta utusan desa wisata mengikuti Pelatihan digitalisasi branding pemasaran dan penjualan pada desa wisata, homestay, kuliner, souvenir dan fotografi yang digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Buton, di Dive Center Buton, Sabtu tanggal 1 Oktober 2022.
“Peserta pelatihan semua masih muda dan harus milenial sehingga merekalah yang akan mempromosikan membranding potensi di desanya masing-masing,”ujar Kadispar Buton Rusdi Nudi.
Dia menjelaskan setelah Kemenpar mencanangkan aplikasi jejaring desa wisata (Jadesta) yang kemudian di seluruh desa di Indonesia berlomba-lomba untuk mengisi aplikasi itu. pada tahun lalu Dispar Intens selama 3 bulan berinteraksi dengan teman-teman di desa yang memiliki potensi untuk menjadi desa wisata yang kemudian itu mengisi aplikasi dari 25 desa wisata yang di SK kan oleh Bupati Buton hanya 23 Desa mengisi aplikasi 2 desa tidak.
Dan kemudian ada 13 Desa lagi melanjutkan mengikuti Anugrah desa Wisata Indonesia (Adwi) yang kita pada waktu itu ya sekitar 3800 lebih desa yang ikut.Buton masuk pada angka 500 saat menuju di angka 50 ada dinamika di desa sehingga jatuh di poin serta pesona sapta keamanan dan kenyamanan.
“Kita harus tetap semangat di tahun depan 13 desa yang sudah ikut Adwi kita lengkapi lagi data, kita kemudian yang belum ikut admin di tahun yang lalu Mari kita isi lagi lengkapi aplikasi itu dan kita ikut kita rame-rame,”ajak Kadispar.
Lanjut dia, bahwa Presiden Indonesia sudah mencanangkan membangun Indonesia dari Desa tetapi dalam 3 tahun Presiden melihat bahwa kalau hanya Kementerian Desa pergerakannya tidak terlalu cepat maka dibuatlah bahwa yang dimaksud membangun dari desa itu adalah desa wisata.
Jika desa kuat di pertanian berarti wisata agro , kuat di laut wisata bahari kuat di budaya wisata budaya. kita akan menjadi bagian dari program Jokowi membangun Indonesia dari desa.
“Oleh karena itu kita Bangga menjadi orang desa, dan ini butuh peran pemuda milenial untuk mengekposnya,”imbuhnya.
Buton berhadapan dengan Wakatobi. Wakatobi itu masuk 10 destinasi yang dikembangkan di Indonesia. Wakatobi menang bawah laut dan Buton harus menangkan di atas laut.
Untuk memenangkan yang di atas laut maka dia mengajak semua potensi yang ada di profil desa untuk diekspos, itulah tujuan Pelatihan hari ini.
“Bagaimana cara kita mengekspos, bagaimana itu supaya bisa dilihat, bagaimana kita membuat foto dia ideal dan menarik untuk dilihat, itu kita akan ikuti selama beberapa hari,”katanya lagi.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber yang memang ahli dibidang ini juga konsultan digital juga di kota besar ( kota Bandung salah satunya influencer.
Jika anak-anak milenial satu kali melempar informasi maka berjuta-juta orang akan lihat dan bisa mempengaruhi opini orang.
“Jika kepala desa sudah terlalu sibuk teman-teman anak muda yang admin mari bantu Desa kita untuk maju, desamu bahkan masyarakatmu sekaligus juga kita bantu ekspos,”harapnya.
Kata dia lagi kalau ramai-ramai 23 Desa mengekspos maka dari tangan-tangan teman-teman Buton akan dikenal.
“Mari kita Expose Buton dengan potensi yang ada Desa kita dan kita lebih tahu dan ketika orang bertanya kita bisa menjelaskan sehingga pariwisata itu tidak menjadi tanggung jawab lagi Dinas Pariwisata saja,”tandasnya.
Pemerintah akan men-support kita Sepanjang kita berupaya dan ada kemauan yang kuat untuk mengangkat perekonomian atau potensi di desa. peluang-peluang inilah yang coba kita manfaatkan.” Sekali lagi kami mengajak teman-teman anak muda Milenial mari kita rame-rame ekpos potensi Buton. hanya dengan melalui HP, anak-anak sudah membantu Buton,”imbuhnya.
Pj Bupati Buton diwakili Sekda Buton Asnawi Jamaludin S.Pd M.Si menyampaikan salut dengan kerja keras Kadis pariwisata karena sejak memimpin pariwisata banyak inovasi yang telah dilahirkan.
“Peran admin desa ini penting karena mulai 2024-2050 setelah kita nanti masuk negara 4 besar dunia berarti kita harus menyiapkan sumber daya yang mapan. Bagaimana peran dari kita yang masih muda-muda ini utamanya di bidang pariwisata Bagaimana kita bisa memperkenalkan daerah kita agar dikenal oleh orang lain,”harapnya.
Data dan informasi itu sangat dibutuhkan, sebelum diajak ke Buton orang akan buka dulu website dari aplikasi yang lagi trend dan peran peserta sebagai admin sangat panting.
Dia berharap ke depannya jangan cuma 23 Desa tapi 95 desa dan kelurahan karena sebenarnya daerah Buton juga punya potensi wisata yang besar tinggal dari kita bagaimana memperkenalkannya dan bagaimana mengelolanya.
“Kalau kita tidak perkenalkan, tidak di informasikan kepada dunia luar maka orang tidak akan tahu bahwa ternyata memang kita punya potensi yang besar. di daerah-daerah wisata yang memang sekarang sudah maju kalau kita lihat sebenarnya tidak jauh beda dengan daerah kita ini, sama saja tidak beda-beda jauh juga hanya memang daerah lain sudah dipoles,”tandasnya.
Pelatihan ini penting sekali buat kita karena memang data dan informasi sekarang penting apalagi sekarang sudah ada namanya sistem aplikasi. semua admin yang ada di desa-desa harus kreatif.
Jangan nanti setelah pelatihan ini sudah pulang duduk-duduk di rumah Bagaimana desamu dikenal orang kalau ilmu yang didapat tidak diaplikasikan dan tidak dimanfaatkan.
Lanjut dia narasumber jauh-jauh datang dari Bandung datang selama 4 hari kegiatannya dimanfaatkan sebaik-baiknya, kenapa kegiatan ini menggunakan biaya dari negara. APBN itu uang rakyat dari pajak yang kita bayar.
“Harapan saya buat yang lagi mengikuti pelatihan ini diikuti dengan baik apa arahan narasumber kemudian itu dimanfaatkan. Bagaimana desa-desa diperkenalkan supaya dikenal oleh dunia luar. saya katakan tadi sebenarnya kita punya potensi wisata yang besar hanya karena belum dikenal,”tandasnya.
Dinas pariwisata sudah menghadirkan anggaran dari pusat itu tidak gampang dan setelah 3 tahun Buton harus mandiri. “Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim pelatihan digitalisasi branding pemasaran dan penjualan pada desa wisata, homestay, kuliner, souvenir dan fotografi, Saya buka dengan resmi,”ujarnya.
Tampil sebagai Pemateri Yuda Dosen STIP di Bandung, Konsultan Pariwisata di bidang Digital, Jamila David dan Rio Praktisi Pariwisata.