BAUBAU, FAKTASULTRA.ID – Perkembangan ekonomi kreatif yang makin konseptual pada bidang fashion saat ini mendorong brand lokal “Blacklight” untuk menciptakan kemeja flanel dengan perpaduan tenun khas Buton.
Selain bertujuan mengembangkan seni daerah kota Baubau, Potensi pasar yang luas juga menjadi sasaran founder Blacklight, Mursid Ar Rahman dalam bincang inspiratif bersama faktasultra.id di sebuah warkop seputaran Betoambari, Jumat (15/10/2021).
“Mulanya ide ini hadir saat saya mengunjungi penenun lokal yang ada di kawasan kampung tenun Sulaa beberapa waktu lalu. Meskipun saat ini penggunaan kain tenun khas Buton tidak monoton sebatas sarung dan pakaian adat saja, Saya berpikir untuk berinovasi dengan memadukan brand lokal Blacklight dan tenun khas Buton menjadi pakaian siap pakai dan modern,” jelasnya.
Pemuda asal Wakatobi, Desa Darawa, Kaledupa Selatan mengakui kecintaannya pada seni daerah menjadi dasar utama untuk berinovasi menciptakan kemeja kreasi yang dinamakan dengan “weave B-light” yang berarti tenun Buton_ bercahaya.
“Walaupun dikemas secara modern, Kemeja weafe B_light nantinya tidak akan menghilangkan identitas aslinya sebagai seni daerah. Setiap item akan dikemas lebih trendi dengan paduan tenun khas Buton pada bagian depan identik dengan motif kotak dan polos yang elegan,” terangnya.
Saat ditanya mengapa harus memadukan kain tenun khas Buton dengan kemeja flanel, Pemuda yang akrab disapa Kancil tersenyum dan menjawab bahwa dalam pandangannya penggunaan kemeja flanel dapat digunakan semua lintas usia.
“Sasaran market utama Blacklight adalah kalangan millenial, Namun tidak menutup kemungkinan akan ada market dan inovasi baru yang akan diciptakan kemudian. Fokus kami saat ini masih tahap pengembangan produk seni modern,” ujarnya.
Saat ini perusahaan sudah melakukan registrasi HAKI untuk melegalkan produk tersebut menjadi satu hak cipta pada kantor Kemenkumham Sultra yang terdapat di Kendari. Agar kedepannya tidak ada pihak lain yang membuat motif tersebut tanpa sepengetahuan kami.
“Memutuskan menjadi seorang enterpreneur muda bukan hal mudah. Butuh jatuh bangun juga saat membentuk brand lokal Sultra yang saya labelkan dengan nama “Blacklight”. Memahami industri fashion, sasaran konsumen dan market produk juga membutuhkan pola yang matang. Ini yang akan kami gebrak untuk memperluas pemasaran brand lokal Blacklight kedepannya,”
Untuk itu, Tenun khas Buton kita harus dapat dikomersilkan menjadi pakaian sehari-hari agar dapat dipakai masyarakat luas di seluruh wilayah Indonesia, Harapannya masyarakat Buton yang ada di dalam dan luar negeri juga dapat menikmati progres fashion di daerah.
“Blacklight juga terus berupaya melakukan promosi ke tingkat internasional melalui media digital online dan offline. Olehnya itu kami terus mengharapkan support dari semua stakeholder di wilayah Sultra agar kain tenun kita dapat masuk ke bursa pasar brand Indonesia. Dan apa yang saya rintis saat ini dapat menjadi motivasi bagi generasi muda lain di daerah,” pungkasnya.