BUTON TENGAH, FAKTASULTRA.ID – Hujan gerimis di pagi hari disambut dengan keceriaan beberapa anak-anak kampung nelayan yang menggunakan baju sekolah berlari sambil tertawa menuju salah satu rumah warga tanpa mengenakan sepatu.
Di rumah warga kampung nelayan, Kelurahan Watolo, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, telah ramai dipenuhi beberapa anak sekolah yang juga mengenakan baju seragam sekolah.
Terlihat beberapa orang pria dan wanita dewasa memasuki rumah tersebut dan membagi jumlah anak nelayan.
Tak berapa lama, satu per satu anak nelayan membuka buku tulis dan mulai belajar mengikuti pelajaran yang diberikan oleh beberapa wanita dewasa.
Rupanya ratusan anak nelayan tersebut sedang belajar atau bersekolah dengan menumpang di rumah warga milik seorang guru mengaji di kampung nelayan.
Muhamad Zubair, Kepala Sekolah Madrasah Nurul Yaqin, mengatakan, awal mulanya anak-anak kampung nelayan ini sekolah Madrasah Nurul Yaqin. Namun karena jauh jaraknya sehingga anak-anak kampung nelayan berhenti sekolah.
“Sekolah awalnya hanya tiga siswa, kurang. Saya lihat disini (kampung nelayan), banyak anak-anak yang tidak sekolah dan tidak ada sekolah dekat sini, jadi saya berinisiatif pindahkan sekolah disini,” kata Muhamad Zubair, Senin (30/8/2021).
Awalnya sulit, karena anak-anak nelayan lebih memilih ke laut daripada sekolah, namun dengan tekad yang bulat, Muhamad Zubair bersama guru lainnya, tetap semangat mendatangkan siswa dengan cara menjemput di rumahnya.
“Ada anak-anak yang suak belajar disini, dan ada juga kadang kita datang jemput di rumahnya untuk datang kesekolah,” ujarnya.
Secara perlahan, jumlah anak yang belajar di kampung nelayan terus bertambah sehingga jumlah siswa yang belajar sekitar 100 anak.
Lokasi bagian depan rumah warga yang dijadikan sebagai sekolah dadakan tersebut mempunyai luas sekitar 10 meter persegi saja. Tak ada sekat untuk membagi setiap kelasnya, sehingga terlihat anak-anak belajar antara kelas satu dengan yang lainnya dapat saling melihat.
“Saya cari rumah kontrakan tidak ada, jadi saya cari rumah warga yang siap untuk dijadikan tempat mengajar,” ucap Zubair.
Walaupun tempat belajar sangat kecil, tidak ada meja dan kursi, namun tidak menyurutkan semangat anak-anak kampung nelayan untuk belajar.
Sambil duduk di lantai yang beralaskan kayu papan, anak-anak nelayan sangat antusias mengikuti setiap mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
“Kesulitannya yaitu karena berkumpulnya mengajarnya, sehingga proses belajar mengajarnya tidak efektif. Saling berdekatan dan saling menegur satu sama lain. Harapannya, sarana prasarananya kami butuhkan,” kata Zubair.
Menurutnya, dengan untuk menuju proses belajar yang efektif harus didukung dengan sarana dan prasarana yang baik.
Di tempat yang sama, Manohara (12), anak nelayan yang sudah duduk kelas VI, mengaku senang dengan sekolah yang berada di sekitar rumahnya.
“Senang disini, karena dekat (dari rumah). Kalau sekolah yang lama jauh, makanya tidak sekolah lagi,” kata Manohara.