WAKATOBI, FAKTASULTRA.ID – Bupati Wakatobi, Haliana, mengaku sedih dan prihatin dengan keadaan seorang warganya yang juga mantan atlet dayung nasional, Abdul Razak, yang dimasa tuanya hidup menjadi nelayan kecil di Desa Mola Bahari, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Saya sangat sedih dengan keadaan beliau. Selama ini saya baru memberikan ala kadarnya secara pribadi. Dan karena saya baru 40 hari menjabat (Bupati) memang belum ada yang diberikan Pemda secara khusus,” kata Haliana kepada kompas.com melalui pesan pendeknya, Jumat (13/8/2021).
Haliana mengaku di tahun 2015, ia telah berkomunikasi dengan Abdul Razak tentang kemajuan olah raga dayung di Wakatobi.
“Kami biasa panggil pak Razak Mola karena berasal dari desa Mola. Banyak cerita beliau. Suka dan duka, pengalaman dan cita-cita beliau untuk kemajuan olah raga dayung di daerah dan Indonesia,” ujarnya.
“Sejak beliau menjadi pelatih dayung di PPLP Kota Kendari dulu, saya sudah minta agar beliau, (bila) saya jadi bupati pak Razak Mola harus balik ke Wakatobi untuk menjadi pelatih dayung di Wakatobi. Sayang sekali 2015 saya kalah pilkada,” ucap Haliana.
Menurutnya ada beberapa alasan terkait Abdul Razak yakni olah raga dayung di Indonesia menjadi terkenal karena prestasinya baik nasional maupun internasional sehingga dayung seharusnya menjadi olah raga ikon Wakatobi.
“kedua, banyak atlit Wakatobi berprestasi (termasuk anak beliau) yang saat ini menjadi atlit propinsi lain yang dulu direkrut dan dilatih oleh pak Razak Mola. Ketiga yang utama kehidupan beliau dan keluarga yang memprihatinkan padahal sudah sangat berjasa mengharumkan nama daerah, bangsa dan bangsa,” imbuhnya.
GOR Dayung Wakatobi
Untuk mewujudkan impian Abdul RAzak, Haliana telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak baik propinsi dan pemerintah pusat meminta agar Kabupaten Wakatobi dibantu sarana olah raga berupa stadion (GOR) dayung, perahu , dayung dan asrama untuk anak yang dilatih .
Pada bulan Juni 2021, Bupati Wakatobi, Haliana bersama seorang Kabid Dispora Sulawesi Tenggara, Jamal, ke Jakarta ke Kemenpora menyampaikan agar dibantu mendirikan GOR dayung di Wakatobi, dan Kemenpora menyutujui Wakatobi akan didirikan GOR Dayung yang representative di tahun 2022 kedepan.
“Setelah itu langsung juga saya kabari pak RAZAK, mohon doa semoga tidak ada halangan agar cita-cita kami berdua untuk mengembangkan olah raga dayung di Wakatobi baik prestasi maupun prestisex dapat terwujud dan olah raga dayung menjadi kebanggaan masyarakat Wakatobi,” kata Haliana.
ia menambahkan, dengan adanya GOR Dayung, Wakatobi bisa melahirkan atlet dayung professional yang siap mengharumkan nama daerah dan Indonesia.
“Intinya, dayung harus menjadi olah raga ikon Wakatob, atlet dayung nusantara yang berprestasi harus terlahir dari Wakatobi dan dayung harus mampu membawa kesejahteraan dan harapan hidup yang lebih baik,” ujarnya.
“Terkhusus agar pak Razak Mola dapat selalu berkarya dan kami bisa memberi kebahagiaan, kebanggaan dan penghidupan yang layak kepada beliau dan keluarga.Sekali lagi kami sangat mengharapkan perhatian dan bantuan pemerintah pusat (Menpora RI) untuk mewujudkan cita-cita kami dan cita-cita pak Razak begitu pula untuk cabang olahraga yang lain,” ucap Haliana.
Sebelumnya diberitakan, seorang mantan atlet dayung nasional, Abdul Razak, hidup menjadi seorang nelayan kecil di kampungnya di Desa Mola Bahari, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi.
Telah banyak medali yang diperolehnya dari berbagai kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional seperti Sea Games dan Olimpiade di Spanyol tahun 1992.
Selama menjadi atlet dayung, Abdul razak telah banyak mengumpulkan 48 medali yakni 36 medali emas, 8 medali perunggu, dan 4 medali perak.