Memberitakan Dengan Fakta

Kisah Pilu 2 Nenek Di Baubau Bertahan Hidup dalam Kekurangan

Kisah Pilu 2 Nenek Di Baubau Bertahan Hidup dalam Kekurangan
Nenek Sarijem (Hitam) dan Mak Tuni (75) lagi ngobrol berdua di gubuk tempat tinggalnya. (FOTO : FAKTASULTRA.ID)

BAUBAU, FAKTASULTRA.ID –Nasib kurang beruntung dialami  dua wanita lansia, Nenek Sarijem (101) dan Mak Tuni (75), yang terpaksa harus tinggal di gubuk bekas gudang.

Untuk bertahan hidup, keduanya hanya mengandalkan upah harian yang diperoleh dari hasil kerja serabutan serta belas kasih dari warga sekitar tempat tinggal mereka.

Nenek Sarijem tubuh tua rentanya hanya bisa beraktivitas di rumah dengan sesekali mengerjakan pekerjaan rumah yang dianggap ringan.

nenek sarijem hanya tinggal berdua bersama anak semata wayangnya, Mak Tuni yang berumur 75 tahun.

Untuk bisa dapat makan, Mbah Tuni mengumpulkan kelapa tua milik tetangganya yang terjatuh dari pohonnya dan dijual di pasar.

Uangnya ia jual untuk beli beras agar dapat makan berdua dengan ibunya, Nenek Sartijem.

 Bahkan mak Tuni menjual sayur milik orang lain dan hasilnya bagi dua dengannya.

Bila memasuki musim panen padi, ia pergi kesawah untuk memungut bulir padi dari sisa gabah hasil panen orang lain.

Mak Tuni berkata, dirinya dan ibunya pernah tidak punya uang karena tidak pergi jualan di pasar.

“Kalau tidak ke Pasar ya tidak ada uang, kalau makan ya apasaja kalau hanya garam dan lombok itu saja,” kata mak Tuni.

Ia mengatakan, bulan ramadhan tahun ini terasa begitu berat bagi dirinya  dan ibunya.

mak tuni dan ibunya nenek sarijem, merupakan warga pulau jawa yang datang ke kota baubau pada 1981 silam melalui program transmigrasi.

mak tuni dan nenek sarijem, merupakan warga kota baubau di kelurahan liabuku, kecamatan bungi.

meski tercatat sebagai warga kurang mampu , keduanya jarang mendapatkan sentuhan dari pemerintah setempat, meski demikian, mak tuni dan nenek sarijem tidak pernah sekalipun mengeluh.

Dahulu Mak Tuni merupakan warga transmigan dari jawa timur yang ditempatkan di Kendari.

Namun tanahnya ia jual karena untuk berobat, ia bersama keluarganya kemudian pindah di Kota Baubau di tahun 1994.

Mak Tuni memilik empat orang anak dari suaminya yang kini telah meninggal dunia. Mak Tuni juga memiliki 10 orang cucu dan dua orang cicit.

Dari keempat anaknya tersebut, tiga orang anaknya merantau dan bekerja di daerah lain tanpa mengirimkan uang.

Sementara anak sulungnya berada di Kota Baubau, senasib dengan dirinya.

“Sekarang saya hanya bisa  perjuangkan  Mama saya agar bisa makan dan jangan sampai dia kelaparan, sebenarnya saya juga ingin kasih makanan enak tapi karena keadaan saya seperti ini,” ucap Mak Tuni.

Disisa usianya Mak Tuni terus berbakti kepada ibunya dan ingin membahagian Ibunya dengan selalu menyediakan makanan  dan terus berada disamping ibunya.

Tinggalkan Balasan